Saturday, March 7, 2020

Anggap Normal Remaja Pembunuh Bocah Hobi Tulis Diary, Tika Bisono Pertanyakan Peran Orangtua


NewsQQ - Psikolog Tika Bisono menganggap hobi NF (15), remaja pembunuh bocah berinisial APA (5), untuk menulis buku harian atau diary sebagai hal normal.

Tika justru mempertanyakan peran orangtua NF, apakah mereka sudah memberi perhatian dan kasih sayang yang cukup kepada putrinya.

Dilansir Tribunnews.com, hal ini diungkapkan Tika dalam PRIMETIME NEWS unggahan YouTube metrotvnews, Sabtu (7/3/2020).

Diketahui, NF nekat membunuh APA dengan cara sadis di daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat, Kamis (5/3/2020).
dewa poker online situs judi online | domino online | judi online terpercaya | poker terpercaya | domino qiu qiu | judi poker |

NF adalah sosok siswi SMP yang gemar menonton film horor dengan adegan kekerasan.

Ia juga hobi menggambar dan menuliskan isi hatinya dalam sebuah buku harian yang mana semua barang itu tengah diperiksa oleh polisi.

Menanggapi hal itu, Tika beranggapan kebiasaan NF untuk menulis diary adalah hal yang wajar.


Kebiasaan itu kerap terjadi pada remaja yang jarang berkomunikasi dengan orang lain atau merasa tak ada kesempatan untuk bercerita dengan keluarga.

"Kalau banyak catatan harian, biasanya mekanisme orang yang sulit ngobrol," ujar Tika.

"Tapi kan remaja seluruh dunia biasanya kan memang terhambat mengobrol terbuka dengan orangtua karena mereka baru jadi gede."

"Jadi lebih senang ke teman-teman atau ke buku harian. Dan itu sangat normallah kalau soal buku harian," tuturnya.

Tika justru mempertanyakan kehidupan NF di tengah keluarganya, apakah sudah terjadi interaksi yang cukup.

"Tapi apakah kemudian dalam kesehariannya, ada interaksi dan keterlibatan antara dia dan sang orangtua," ujar Tika.

Menurutnya, remaja atau ABG memang dalam kondisi serba salah lantaran baru akan beranjak dewasa.

Terkadang pertumbuhan remaja yang membutuhkan peran keluarga malah tidak diperhatikan oleh orangtuanya.

"Anak-anak baru gede itu kan kondisinya enggak enak, karena anak-anak sudah enggak, tapi dia tahu sejak dia haid, apalagi dia perempuan, itu komponennya berubah samasekali," terang Tika.

"Nah ini dipahami enggak oleh sang orangtua atau kakak adiknya kalau punya."

Tika Pertanyakan Perlakuan Orangtua NF

Awalnya, Tika menjelaskan adanya kemungkinan perlakuan dari pihak keluarga terhadap NF yang membuat dirinya melakukan pembunuhan sadis terhadap APA.

"Penyebabnya bisa banyak ya, karena kita enggak bisa lihat hanya di ujung akibat. Kita harus melihat juga penyebab," ungkap Tika.

Tika merasa bagaimana remaja itu diperlakukan di rumah perlu diselidiki dan bisa jadi menjadi latar belakang tindak pembunuhan itu.

Terlebih NF disebut berprestasi dalam bidang olahraga sehingga apakah respons orangtua terhadap prestasinya sudah cukup memuaskan hatinya.

"Nah ini di rumah, si remaja ini sering diperlakukan seperti apa sih oleh keluarga?" tanya Tika.

"Dia katanya kan jago olahraga, sering (dapat) prestasi. Apakah dia juga sering dipuji atau di-tap 'Kamu hebat deh nak'," jelasnya.

Selain itu, Tika menyebut ada kemungkinan ibunda NF yang tampak pilih kasih di mana lebih memperlihatkan kasih sayang kepada APA.

"Dan dia melihat ibunya kan anak buahnya orangtua si 5 tahun, apakah ibunya ini ke si 5 tahun lebih hangat perlakuannya atau enggak?" ujar Tika.

"Saya sih mau berasumsi saja, bahwa dia menyaksikan ibunya lebih hangat ke si 5 tahun daripada ke dia yang di rumah," sambungnya.

Tak hanya itu, ada juga kemungkinan sang ibu memperlakukan NF dengan kurang baik lantaran sudah lelah bekerja.

"Dan apakah dia sumber disalah-salahkan misalnya karena ibunya capek kerja," imbuhnya.

Menurut Tika, segala perlakukan kurang baik dari pihak keluarga bisa membuat NF terbiasa sehingga ia bisa saja memperlakukan orang lain dengan buruk tanpa merasa bersalah.

"Nah itu secara emosional bisa numb, bisa kayak datar dan hilang, jadi yang dia lakukan sudah enggak bermasalah lagi bermakna atau enggak," ujar Tika.

Melihat pihak keluarga kemungkinan berperan besar, Tika menyarankan pihak kepolisian untuk melibatkan psikolog, bukan psikiater.

Bagi Tika, psikolog lebih cocok untuk menyelidiki kondisi NF di rumahnya secara menyeluruh.

"Di rumah asal muasalnya, makanya Pak Polisi tolong jangan psikiater tapi psikolog dilibatkan," ujar Tika.

"Karena harus lebih banyak lihat di lapangan dan observasinya harus lebih menyeluruh," sambungnya.

NF Terinspirasi Film Horor

Dikutip dari Kompas.com, tindakan keji NF ternyata terinspirasi dari film horor yang menunjukkan sadisme.

Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus.

Yusri mengatakan, NF kerap menonton salah satu film horor, yakni Chucky yang mengisahkan tentang boneka pembunuh dan populer pada tahun 1980-an.

"Tersangka ini sering menonton film horor, salah satunya Chucky."

"Dia senang menonton film horor itu memang hobinya itu," ungkap Yusri.

Keterangan tersebut didapat pihak kepolisian saat melakukan pemeriksaan terhadap NH.

Polisi melakukan pemeriksaan terhadap NH secara mendalam dan hati-hati setelah menyerahkan diri.

Sikap kooperatif NH juga membuat polisi menemukan fakta-fakta baru.

Kepada polisi, NH juga memiliki hasrat untuk membunuh orang lain.

"Memang tersangka ini punya hasrat untuk membunuh orang, tapi saat hari ini dia sudah tidak bisa menahan lagi," kata Yusri.




Kronologi Pembunuhan

Mulanya, saat kejadian, APA tengah berkunjung ke rumah NF.

Kemudian APA dibunuh dengan cara ditenggelamkan ke dalam bak mandi.

Tak berhenti di situ, NF juga mencekik leher korban yang masih balita itu.

Setelah korban lemas, APA kemudian diikat dan dimasukkan ke dalam lemari.

Sebelumnya, NF berniat untuk membuang jenazah korban.

Namun, APA tersangka mengurungkan niatnya tersebut dan tetap menyimpan jenazah korban dalam lemari.

Keesokan harinya, tersangka beraktivitas seperti biasa.

Tapi, saat perjalanan menuju sekolah, tersangka memilih berganti pakaian dan menyerahkan diri ke Polsek Taman Sari Jakarta.

Selanjutnya, NF dilimpahkan ke Polsek Sawah Besar guna penyelidikan dan penahanan.

No comments:

Post a Comment