Sunday, December 29, 2019

Dulu Pelihara Kodok, Kini Presiden Jokowi Pamer 44 Ekor Domba Peliharaan


NewsQQ, BOGOR -   Kegiatan memberi makan domba atau angon biasa dilakukan Presiden Joko Widodo ( Jokowi) di sela-sela kesibukannya.

Dalam akun Instagram resminya, mantan Walikota Solo ini memamerkan domba-domba peliharaannya yang sudah berjumlah 44 ekor.

Jokowi mengaku bahagia, domba yang dipeliharanya di Istana sudah beranak-pinak sangat banyak. Padahal, awalnya, dirinya hanya memelihara lima ekor.

"Ini domba Garut peliharaan saya di kompleks Istana Bogor, dulu hanya lima ekor, dua jantan dan 3 betina, sekarang berkembang biak dalam tiga tahun jadi 44 ekor," kata Jokowi, Senin (20/12/2019).
dewa poker online situs judi online | domino online | judi online terpercaya | poker terpercaya | domino qiu qiu | judi poker |

Domba yang dipelihara di halaman Istana tak jauh dari kolam Kebun Raya Bogor ini terdiri dari 20 domba jantan dan 24 domba betina.

Sesekali ia pun melambai ke pengunjung Istana Bogor yang juga menyapa dirinya dari seberang sungai.

"Domba-domba ini terawat dengan baik, makannya tiga kali sehari, pagi, sore, dan malam hari," ungkap Jokowi.

Sebelumnya pelihara kodok

Ketika masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, Presiden Joko Widodo gemar memelihara kodok.

Kodok-kodok itu dipelihara di dalam kolam ikan rumah dinas gubernur DKI di depan Taman Surapati, Menteng, Jakarta Pusat.

Jumlah kodoknya banyak. Berwarna hijau tua serta berukuran besar-besar.

Bagi Jokowi, suara kodok menghantarkannya pada suasana desa yang tenang. Apalagi, kala hujan.

Nasib kemudian membawa Jokowi menjadi orang nomor satu di Indonesia.


Tahun 2014, Jokowi terpilih jadi Presiden RI.

Saat kodok peliharaan Jokowi hendak dibawa ke istana, ternyata banyak diantaranya yang telah mati.

Hal ini disampaikan oleh staf pengamanan dalam (pamdal) rumah dinas Gubernur, Tunjung, Minggu 26 Oktober 2014.

"Apanya yang mau dibawa, kan kodoknya sudah pada mati semua," kata Tunjung.

Senada dengan Tunjung, sang penjaga rumah dinas gubernur, Katman, juga mengatakan hal yang sama.

Menurut Katman, Jokowi tidak membawa serta kodok-kodoknya ke Istana Merdeka karena mereka sudah mati.

Kodok-kodok itu, lanjutnya, mati karena gemar loncat ke rumput yang kering.
judi domino | judi domino online | qiu qiu online | daftar poker | situs judi online terpercaya | judi poker online terpercaya | domino qiu qiu online | uang online | judi online

"Jadi dari kolam itu, kodoknya suka loncat ke rumput kering. Nah susah balik lagi ke air, jadi banyak yang mati kodoknya sekarang," kata Katman yang sudah menjaga rumah dinas gubernur selama 28 tahun.

Kodok Mati Lagi

Di sekitar Paviliun Bayu Rini, Kompleks Istana Kepresidenan Bogor, tempat tinggalnya sehari-hari, Presiden Jokowi tetap memelihara kodok.

Ia melepasliarkan kodok-kodok di sekitar tempat tinggalnya.

Dalam sebuah makan malam bersama wartawan, Jokowi mengungkapkan bahwa ada dua ribuan kodok yang ia lepas di sekitar rumahnya yang jadi satu dengan Kebun Raya Bogor.

Nah di tahun 2017 ini, kodok Jokowi yang banyak jumlahnya itu kembali mengalami nasib yang sama.


Namun, belakangan suara kodok di kediamannya perlahan-lahan menghilang.

Usut punya usut, rupanya, biawak yang menjadi penyebabnya.

"(Awalnya kodoknya) ada ribuan. Buanyak sekali. Ya, tetapi kodoknya habis dimakan biawak," cerita Jokowi ketika diwawancara Rosiana Silalahi dan ditayangkan di Kompas TV, Kamis (25/5/2017) malam.

Meski demikian, Jokowi tidak terlalu risau. Kala hujan, ia masih sedikit mendengar ocehan kodok.

Mungkin kodok itu takut diterkam biawak jika bersuara terlalu lantang. Lagipula, menurut Jokowi, redupnya suara kodok tidak membuat nuansa alam hilang seluruhnya dari kediamannya itu.

"Kalau pagi tetap sangat sejuk, banyak burung. Kalau sore juga sama. Sejuk, banyak burung. Di sini kalau kita lihat hewan-hewan, rusa mungkin ada lebih dari 700 ekor, ada kambing yang kita pelihara, ada ikan yang kita pelihara, ada ayam banyak yang kita pelihara,' ujar Jokowi.

Tinggal di Istana Bogor, diakui Jokowi, memang lebih tenang dibandingkan tinggal di Jakarta. Jauh dari bising suara knalpot, jauh dari polusi dan yang terpenting jauh dari panasnya suhu politik Jakarta.

Dengan suasana yang tenang, Jokowi lebih jernih melihat satu persoalan. Dengan demikian, keputusan-keputusan penting yang diambilnya, tidak hanya adil, namun juga diharapkan bermanfaat bagi rakyat.

"Apalagi memutuskan hal-hal yang sangat penting bagi negara. Ini perlu sebuah pikiran yang mengendap. Perlu sebuah pikiran jernih. Sehingga, jangan sampai memutuskan pada posisi yang keliru," ujar Jokowi.

No comments:

Post a Comment