Tuesday, November 19, 2019

Ditahan Tanpa Makan dan Air, Budak Perempuan ISIS Kelaparan hingga Menyantap Daging Anaknya


NewsQQ - Semenjak kedatangannya, kelompok militan ISIS membawa banyak penderitaan bagi warga etnis Yazidi.

Terlebih lagi kekejaman dan kebrutalan dilampiaskan kepada kamu perempuan.

Bukan hanya menjadi budak seks, para perempuan juga melihat anggota keluarga mereka habis di tangan kekejaman anggota ISIS.

Kepada Vian Dakhill, seorang anggota parlemen Irak, dia mengaku, bayinya itu dibunuh lalu dimasak sebelum dihidangkan kepadanya bersama sepiring nasi.

Vian, dalam keterangannya, juga menyebut ada seorang gadis berusia 10 tahun dipaksa berhubungan seks hingga meninggal dunia di depan saudara perempuan dan ayahnya.
hawaiqq | dewa poker | poker online | judi online | poker dewa | domino qiu qiu | poker terpercaya | poker online terpercaya |

"Salah satu perempuan yang berhasil kami bebaskan dari ISIS mengatakan bahwa dia ditahan di ruang bawah tanah selama tiga hari tanpa makan dan air," ujar Vian kepada media Mesir, Extra News.

Setelah itu, lanjut Vian, para komandan ISIS itu membawa sepiring nasi lengkap dengan lauknya. Dan, "Perempuan itu memakannya karena sangat kelaparan.

Setelah makan, para anggota ISIS bilang kepadanya, " Kami memasak anak laki-lakimu yang berumur satu tahun yang kami ambil darimu dan kamu baru saja memakannya."

Seperti disebut di awal, perempuan itu berasal dari Etnis Yazidi.

ISIS sendiri berada di balik kematian ribuan orang Yazidi sementara para perempuan dan anak-anak disekap untuk dijadikan budak seks.

"Salah seorang perempuan bilang, mereka membawa enam saudari perempuannya," kata Vian tentang gadis yang diperkosa hingga tewas.

"Saudara perempuan termudanya, masih 10 tahun, diperkosa hingga mati di depan ayah dan saudarinya.

Seperti disebut di awal, perempuan itu berasal dari Etnis Yazidi.

ISIS sendiri berada di balik kematian ribuan orang Yazidi sementara para perempuan dan anak-anak disekap untuk dijadikan budak seks.

"Salah seorang perempuan bilang, mereka membawa enam saudari perempuannya," kata Vian tentang gadis yang diperkosa hingga tewas.

"Saudara perempuan termudanya, masih 10 tahun, diperkosa hingga mati di depan ayah dan saudarinya.

"Dia berumur 10 tahun. Pertanyaannya—untuk diri kita sendiri: Mengapa? Mengapa orang-orang biadab ini melakukannya kepada kita?"
Pada awal 2017, seorang remaja diperkosa oleh sekelompok pria yang terdiri atas 40 orang.

Dia mengaku dihajar menggunakan kabel setelah mencoba lari dari ISIS.

Lamiya Haji Bashar (18) meminta keadilan di depan pengadilan syariah yang memimpin pelarian bersama beberapa gadis lainnya.
"Ia bilang, mereka harus membunuhku atau memotong kakiku untuk menghentikanku melarikan diri," tambah Vian.
hawaiqq | dewa poker | poker online | judi online | poker dewa | domino qiu qiu | poker terpercaya | poker online terpercaya | judi poker online |

Meski demikian, dia tak akan pernah menyerah untuk mencari keadilan.

Meski banyak perempuan berakhir tragis di tangan ISIS, ada pula perempuan yang telah bebas.

Adalah Nadia Murad, seorang etnis Yazidi yang selamat dari kekejaman terburuk dan kebrutalan yang menimpa kaumnya.

Dikutip dari GridHot.ID, ia menjadi satu dari sekitar 6.500 perempuan Yazidi yang diperlakukan sebagai budak seks oleh ISIS.

Selain diperjual-belikan di pasar, perempuan Yazidi dilelang melalui layanan pesan WhatsApp dan Telegram.

Entah bagaimana, setelah tiga bulan menjadi budak seks, dipukuli dan disiksa, Nadia Murad dapat melarikan diri.

Ia kemudian bergabung dengan pengungsi etnis Yazidi yang ada di sana.

Setelah itu, Nadia Murad mendapat bantuan dari sebuah organisasi dan tinggal di Jerman, berkumpul dengan saudarinya yang sempat terpisah.

Sejak tinggal di Jerman, Nadia Murad mendedikasikan dirinya sebagai aktivis anti kekerasan terhadap perempuan bernama "Perjuangan Rakyat Kami".

Dikutip dari BBC Indonesia, Selasa (11/12/2018), Nadia Murad dipuji karena secara terbuka berani membeberkan dan membagikan pengalaman menjadi budak seks ISIS.

Nadia Murad pun resmi menerima Penghargaan Nobel Perdamaian dalam satu upacara di Oslo, Norwegia, pada 10 Desember 2018.(*)

No comments:

Post a Comment